Archive for the ‘perjalanan’ Category

Kelahiran tuhan Baru

Juni 1, 1945

Sahabatku mengirim kabar dari masa depan kalau yang dipidatokan orang-orang itu saat ini akan menjadi berhala baru yang disakralkan. Bagi yang menentangnya dipastikan akan berhadapan dengan para pembelanya. Kulihat seorang memidatokan pikirannya, seorang lagi mengusulkan pendapatnya, lalu seorang lagi dan lagi. Kemudian buah pikiran mereka dikumpulkan, disimpulkan, disarikan sehingga terkumpul menjadi jumlah yang disakralkan.

Kumpulan pemikiran yang kelak kemudian diagungkan, dijadikan perisai untuk mencurigai pihak lain, dijadikan senjata untuk menindas kelompok lain. Padahal yang dibela adalah hanya pemikiran sejumlah orang saja. Memang orang-orang ini adalah orang hebat pada masa ini, akan tetapi tetap saja buah pikiran itu keluar dari manusia yang sangat lemah.

Andai kubisa meneriakkan atau sekedar membisikkan berita ini pada mereka supaya saat ini juga orang-orang ini akan memberikan penjelasan kepada generasi berikutnya bagaimana sebenarnya posisi kesimpulan yang ditarik selama rapat-rapat selama ini.

Hari ini aku menjadi saksi atas kelahiran pemikiran anak-anak manusia. Ah, lebih baik ku pergi saja ke lain tempat. Mengikuti hembusan angin yang mengiringiku. Berkumpul dengan kawan-kawan lainnya hingga akhirnya kami sesuai perintah Tuhan kami membasahi bumi untuk membuktikan KeMaha RahmatanNya. Wusss…..

Malam Setelah Kelahiran Budi Utomo

Mei 20, 1908

Aku kembali terhempas entah dari masa lalu atau dari masa kemudian. Sudah beberapa malam aku bermalam di sebuah tempat pertemuan para mahasiswa STOVIA, OSVIA, Sekolah Guru, Sekolah Pertanian, dan Sekolah Kedokteran Hewan di Batavia.

Aku hanyalah seorang tak terhitung, didalam ruangan tempat aku berada saat ini peserta rapat sedang menyusun pendirian organisasi. Aku tak cukup mengerti apa maksud pendirian organisasi tersebut. Katanya organisasi ini hanya khusus untuk para priyayi jawa dan madura saja. Akupun tidak cukup mengerti percakapan mereka karena bahasa yang dipakai adalah bahasa Jawa. Aku sendiri lebih memahami bahasa melayu atau yang akan dikenal dengan bahasa Indonesia.

Disaat-saat memberikan teh hangat kudengar mereka memanggil rekannya, ada yang dipanggil Sutomo, ada yang dipanggil Tjipto. Sepertinya mereka orang-orang hebat. Mereka ramai berdebat, berdebat tentang batasan anggota organisasi, batasan bahasa resmi organisasi. Perdebatan yang sungguh kutak mengerti. Ketika aku kembali ke ruangan rapat, mereka sedang berdebat tentang nama organisasi yang akan dibentuk.

Malam ini rapat mereka usai sudah, tugasku kini adalah membersihkan sisa-sisa rapat seharian. Piring dan gelas kotor kucuci bersih. Lantaipun sudah licin tak bersampah dan berdebu. Letak meja dan kursi kukembalikan ke sisi semula.

Besok atau kapan aku akan kembali terhempas, entah kemasa lalu atau kemasa yang akan datang. Saat ini aku melihat Kerajaan kolonial Belanda masih memerintah. Aku dan teman-teman sebangsaku masih diperintah oleh orang asing. Sementara para pemuda yang tadi pagi mendeklarasikan organisasi, yang akhirnya diberi nama Budi Utomo, mungkin sedang berjuang membebaskan negri. Tapi mengapa perjuangannya hanya untuk orang jawa saja?